Nasib Pilu Warga Sekitar PLTU Cirebon

Nasib Pilu Warga Sekitar PLTU Cirebon

EFEK. Nelayan di wilayah perairan Cirebon terkena imbas dari operasional PLTU Cirebon.--

 

“Sebelum PLTU berdiri, para sarjana lahir dari para nelayan, bisa berangkat haji, bisa bangun rumah, bisa beli kerbau,” ungkap Aan.

 

Ia mengatakan ketika pengurugan pinggir pantai dimul, warga sudah mulai merasakan dampaknya. Warga yang memiliki tanah sudah kehilangan mata pencahariannya. Begitu pula dengan para buruh garam, buruh tani, buruh tambak ikan maupun udang, jumlahnya hampir ribuan.

 

Aan mengisahkan dulu Kanci Kulon memiliki kekayaan hasil laut melimpah. Ada rebon, bahan utama membuat terasi, beragam jenis ikan, udang, kepiting, rajungan, mimi (belangkas), serta jenis-jenis kerang lainnya.

 

BACA JUGA:Desak Perlindungan Hukum dan Kesejahteraan Guru di HUT PGRI ke-79

 

“Saat laut diurug, habitatnya rusak. Kita gak pernah kekurangan makanlah sebelum PLTU berdiri. Asal modal tenaga, semangat, Insya Allah, balik-balik itu ya dapat aja. Ya sekarang sih udah gak ada sama sekali” ungkap Aan.

 

Kondisi ini semakin parah saat PLTU Cirebon Unit 2 dibangun pada 2017 dan bersebelahan dengan PLTU Cirebon 1 di Kanci, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. PLTU Cirebon 2 berkapasitas 1.000 MW merupakan ekspansi dari PLTU 1. 

 

PLTU Cirebon 2 yang diklaim lebih ramah lingkungan dari pendahulunya karena menggunakan teknologi ultra super critical ini mulai beroperasi sejak Mei 2023. Ia mampu mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) per megawatt hour mencapai 70 persen lebih rendah dibandingkan pembangkit konvensional. Pembangunannya juga dinilai lebih aman karena berlangsung cepat, tanpa kecelakaan kerja, sesuai anggaran, dan tepat waktu.

 

Sumber: