Hadiri Aksi Wong Cirtim Menggugat, Wakil Ketua DPRD, Teguh Dijeburkan ke Sungai

BERI DUKUNGAN. Wakil Ketua DPRD, Teguh Rusiana Merdeka, dijeburkan ke sungai dalma aksi Wong Cirtim Menggugat, Sabtu (12/4). FOTO : IST/RAKYAT CIREBON--
RAKYATCIREBON.ID, CIREBON - Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, Teguh Rusiana Merdeka SH ikut hadir dalam aksi Wong Cirtim Menggugat, Sabtu (12/4). Ia bahkan, sampai dijeburkan ke sungai, ikut basah-basahan bersama peserta aksi.
Hadirnya Teguh Rusiana Merdeka, sebagai bentuk dukungan terhadap aksi Wong Cirtim Menggugat yang sudah lama bersabar menunggu perbaikan jalan. Pasalnya, sudah dijanjikan perbaikan sejak tahun 2018 lalu. Nyatanya tidak pernah terealisasi.
Ya, aksi Wong Cirtim Menggugat itu, merupakan ekspresi memuncaknya kesabaran warga Cirebon Timur yang akhirnya meledak. Bertahun-tahun jalan rusak dibiarkan tanpa perbaikan, warga turun ke jalan, demonstrasi sebagai simbol perlawanan.
BACA JUGA:Jalan Rusak Lumpuhkan Ekonomi, DPRD Cirebon Desak Percepatan Perbaikan di WTC
Dalam aksinya, mereka menabur ikan lele di lubang jalan sebagai bentuk sindiran tajam kepada pemerintah daerah yang dinilai abai terhadap penderitaan rakyat.
Aksinya dimulai pukul 09.00 WIB dari Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang, lalu dilanjutkan dengan konvoi kendaraan bermotor menuju Kecamatan Babakan. Meski diguyur hujan deras, massa tak bergeming. Mereka terus melaju, menyuarakan tuntutan.
Sesampainya di Babakan, mereka membawa ikan lele dan menaburkannya di lubang-lubang besar yang menganga di badan jalan. Bagi warga, lubang-lubang itu bukan sekadar rusak—melainkan simbol kelumpuhan kepedulian pemerintah daerah.
BACA JUGA:60 Persen Pokir DPRD Dialokasikan untuk Infrastruktur Jalan
Wakil Ketua DPRD, Teguh Rusiana Merdeka, yang turut hadir dalam aksi itu, menyatakan dukungannya. Kata Teguh, kurang lebih Rp10 miliar akan dialokasikan untuk betonisasi jalan sampai ujung jalan Pabuaran.
"Saya mewakili DPRD, berterima kasih atas gerakan ini karena berhasil membuka mata pemerintah. Pemerintah sudah mengalokasikan Rp 10 miliar untuk betonisasi,” ujar Teguh.
Meski begitu, Teguh mengingatkan bahwa dana tersebut masih dalam proses dan realisasinya akan membutuhkan pengawalan bersama. Ia berharap masyarakat tetap konsisten mengawal janji pemerintah.
“Kalau sampai Agustus belum juga dikerjakan seperti yang dijanjikan, maka jangan salahkan masyarakat jika kembali turun ke jalan,” katanya tegas.
Aksi warga Cirebon Timur menjadi peringatan keras bagi Pemerintah Kabupaten Cirebon. Bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga tentang harga diri masyarakat yang merasa dipinggirkan. Aksi tabur ikan lele di jalan bukan sekadar simbol kreatif, tapi jeritan kemarahan atas ketidakadilan.
BACA JUGA:Tangani Masalah BPJS, DPRD Segera Bentuk Pansus
Koordinator aksi, H Dade Mustofa Efendi, menyebut aksi ini sebagai bentuk kekecewaan yang sudah menumpuk sejak lama. Menurutnya, jalan rusak ini sudah terjadi sejak tahun 2018, namun tidak pernah ditangani serius oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon.
“Ini murni aksi peduli masyarakat. Jalan ini rusak sejak 2018. Dulu pernah dijanjikan akan diperbaiki pada 2022 oleh Bupati, tapi sampai sekarang tidak ada realisasi,” kata Dade dengan suara lantang.
Ia menjelaskan bahwa jalan rusak tersebut bukan jalan biasa, tapi akses utama menuju rumah sakit, sekolah, dan pasar tradisional. Kondisi jalan berlubang besar dan berlumpur bukan hanya menyulitkan mobilitas, tetapi juga membahayakan keselamatan warga.
“Kalau pemerintah tidak sanggup kelola APBD, dan juga tidak sanggup melobi pusat, berarti pemerintah gagal. Hari ini kita turun karena janji tinggal janji,” tegasnya.
BACA JUGA:Tantang Sophi dan Teguh, Alokasikan Pokir untuk Jalan Rusak
Menurut Dade, meski Pemkab mengklaim telah mengusulkan anggaran, nyatanya pagu dari pusat justru dipotong. Hal ini menunjukkan lemahnya daya tawar dan keseriusan pemerintah daerah dalam mengurus kebutuhan dasar masyarakatnya.
Uniknya, dalam aksi tersebut warga juga menggelar potong tumpeng dan mandi rumput, sebagai bentuk sindiran terhadap perayaan Hari Jadi Kabupaten Cirebon ke-543 yang jatuh di bulan April ini.
“Pemerintah bilang Cirebon mentereng, tapi bagi kami Cirebon Timur tetap gupak (kotor). Kalau jalan tetap seperti ini, mana buktinya Cirebon mentereng?” sindir Dade.
Warga menegaskan bahwa mereka tak menuntut pengurugan atau tambal sulam. Yang mereka minta adalah betonisasi, karena jalan-jalan tersebut menanggung beban berat dan vital bagi kehidupan warga.
“Kami ingin kualitas jalan yang layak. Bukan solusi setengah hati. Betonisasi adalah kebutuhan, bukan kemewahan,” tukasnya. (zen)
Sumber: