Balonbup Taufan Ajak Perangi Radikalisme

Balonbup Taufan Ajak Perangi Radikalisme

MAJALENGKA – Bakal calon Bupati Majalengka, Drs HM Taufan Ansyar mengungkapkan beberapa penyebab munculnya paham radikalisme dan intoleransi melalui berbagai media terutama media sosial. Melalui instrumen tersebut paham itu tumbuh dan berkembang di tengah kehidupan masyarakat luas. 
\"balonbup
Taufan Ansyar bersalaman dengan Said Aqil Siroj. dok. Rakyat Cirebon
Taufan menilai, kondisi ini terjadi karena sikap kurang waspada yang ditunjukan oleh sebagian masyarakat. Akibatnya, hari ini seluruh warga bangsa kesulitan untuk menangkal berbagai paham yang merusak tatanan kehidupan kebangsaan tersebut.  

\"Kita harus bersatu untuk meng-counter (menangkal,red) itu semua agar bangsa ini tidak terjebak ke dalam konflik dan sengketa paham,\" ujarnya, Kamis (14/9).

Selain itu, lanjut Taufan, seandainya nanti diberi amanat oleh rakyat untuk memimpin, Dirinya akan menyerukan penguatan kultur budaya ketimuran untuk menangkal perkembangan paham radikalisme dan intoleransi. Kultur ini menurutnya, harus bertransformasi menjadi perilaku dalam kehidupan warga masyarakat sehari-hari. 

\"Kalau tidak ingin paham ini tumbuh subur, maka jati diri kultur kita harus diperkuat. Jangan mengubah kebudayaan, kita punya adat istiadat dan seterusnya akan tetap dijaga,\" ujarnya.

Selain sikap kurang waspada, kurangnya kesadaran terhadap pentingnya kebudayaan bangsa sendiri sebagai penyebab utama. Masyarakat Indonesia yang terkenal ‘guyub’ kini lebih bersikap individualis. 

\"Kemunculan paham tersebut bukan hanya datang dari luar, tetapi bibitnya karena sikap individualitis yang kita miliki. Akibatnya, saat menerima informasi, kita tidak ber-tabayyun dulu, langsung saja kita konsumsi informasi yang beredar itu,\" katanya.

Taufan mencontohkan, kultur masyarakat pedesaan yang hari ini mulai tercerabut dari akarnya. Tokoh masyarakat di desa yang biasanya menjadi rujukan berbagai informasi yang beredar, kini mulai ditinggalkan. Hal ini karena masyarakat desa sudah mulai beralih menggunakan media sosial. 

\"Paham-paham yang tidak sesuai dengan kultur, dulu masih bisa di-filter oleh para tokoh di desa. Sosok mereka mampu menggerakan masyarakat untuk bergotong-royong dan berswadaya, kini itu sulit kita temukan,\" ujarnya.(hsn)

Sumber: