Iji: Kampanye Politik ‘Berbau’ Agama Bakal Menguap
Senin 11-09-2017,08:00 WIB
MAJALENGKA - Sejumlah visi misi yang ditawarkan bakal calon bupati(bacabup) Majalengka dinilai sudah usang. Harusnya, bacabup pandai memainkan isu-isu yang menarik masyarakat.
|
Iji Jaelani. Foto: Ist./Rakyat Cirebon |
Sekretaris Jaringan Kemandirian Nasional (Jaman) Jawa Barat, Iji Jaelani mengatakan, isu yang dimainkan bacabup Majalengka masih menggunakan pendekatan prilaku politik tradisional. Yakni, demografis-sosiologis, psikologis dan ideologis.
“Kedua, isu tersebut bukan merupakan isu pokok yang dibutuhkan masyarakat,” tegas Iji kepada Rakyat Majalengka, Minggu (10/9).
Menurutnya, dalam perhelatan pilkada Jawa Barat maupun Pilkada Kabupaten/kota yang akan digelar serentak 2018, para bakal calon harus pintar memainkan isu-isu yang menyentuh masyarakat.
\"Yang lebih penting, soal permasalahan ketimpangan ekonomi. Karena, masih cukup besar untuk segera dituntaskan,\" ujarnya.
Iji menuturkan, luas wilayah yang besar, sumber daya alam melimpah dan jumlah penduduk yang banyak bisa menjadi faktor utama keberhasilan. Jika saja didorong oleh infrastuktur dan akses teknologi dan informasi yang memadai.
Serta yang lebih penting adalah kebijakan yang mendorong pentingnya masyarakat berdikari dan menjadi produsen di daerah sendiri.
Ketergantungan, kata dia, merupakan virus mematikan yang tumbuh di republik ini. Termasuk di Majalengka maupun Jawa Barat.
Setidaknya, ada tiga alasan terhambatnya kemajuan dan kemandirian. Pertama, sisa feodalisme menyebabkan mental pejabat mencari untung dari jabatannya. Sehingga, program tidak berjalan sampai pada sisi dampak bagi masyarakat.
“Kedua, sisi kolonial yang menyebabkan masyarakat kapitalis konsumtif, bukan kapitalis produktif. Dampaknya minimnya produktivitas dan konsumerisme tinggi,\" jelas Iji.
Iji juga mengungkapkan, penduduk yang demikian banyak, pada akhirnya hanya menjadi pasar di negeri sendiri. Sementara, aspek psikologis berbicara tentang hal yang menyebabkan masyarakat rendah diri.
Serta lebih bangga dengan produk asing dan budaya asing. Baik budaya barat maupun budaya timur tengah.
\"Akhirnya, miskin secara ekonomi, miskin secara budaya. Dengan demikian, solusi yang perlu didorong adalah dengan kebijakan yang memutus mata rantai pemiskinan ekonomi dan budaya dengan cara kembali kepada jati diri warga. Karena itu, jika kampanye politik sudah dimajukan dalam bentuk kebijakan strategis memutus ketergantungan, tidak akan ada lagi masayarakat yang akan menolak,\" ungkapnya.
Iji yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi menegaskan, kampanye yang menggunakan pendekatan agama dan etnis, akan menguap. Serta tidak mendapat tempat di hati masyarakat.
\"Bahkan, isu terhangat saat ini adalah persoalan penguatan madrasah diniyah sebagai pendidikan karakter, sektor ekonomi strategis seperti kebijakan pangan dan maritim, memperpendek jalur distribusi. Sehingga harga menjadi murah, BUMDes yang sehat, ekonomi berbasis ekologis. Serta silang budaya desa kota. Sehingga kesenjangan bisa semakin diminimalisir,\" imbuhnya. (hrd)
Sumber: