Menelusuri Jejak Para Wali di Desa Cibuntu

Menelusuri Jejak Para Wali di Desa Cibuntu

KUNINGAN – Kabupaten Kuningan memang layak disebut daerah wisata. Alam yang asri membuat para pelancong kepincut mengunjungi daerah kota kuda ini.
\"jejak
Desa wisata Cibuntu. Foto: Gilang/Rakyat Cirebon
Bahkan, kekayaan alam wisata dimiliki Kuningan bukan saja terdapat pada objek wisata yang sudah banyak dikenal masyarakat luas seperti halnya Linggarjati dan lainnya. Tempat wisata yang belum terlalu dikenal masyarakat luas pun terbentang luas dari ujung barat dan timur Kuningan.

Salah satunya yang terdapat di Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan. Yakni, objek wisata desa Cibuntu. Walaupun belum banyak yang diketahui orang, namun objek wisata Desa Cibuntu tidak kalah dengan objek wisata Kuningan lainnya.

Pantauan Rakyat Cirebon, jarak Desa Cibuntu dari pusat kota memang tidak dekat. Harus ditempuh kurang lebihnya 30 kilometer dari arah Kota Kuningan. Akan tetapi budaya dan keindahan alam yang ditawarkan Cibuntu akan membayar rasa lelah dalam perjalanan menuju objek wisata tersebut.

Kepala Desa Cibuntu, H Awam Hamara saat dikonfirmasi mengatakan, walaupun jaraknya begitu jauh dari pusat kota Kuningan karena posisinya berada di desa paling ujung, Cibuntu merupakan desa dan destinasi wisata yang harus dikunjungi. 

Sebab, daerah yang berbatasan dengan gunung Ciremai ini memiliki udara yang masih sejuk dan asri. Karena setelah Desa Cibuntu merupakan hutan pinus yang menjadi area hutan gunung Ciremai. Konon, di lihat dari situs yang ditemui merupakan tempat napak tilas para wali ketika akan menuju ke gunung Ciremai.

“Memang posisinya jauh dari pusat desa, tapi karena berbatasan dengan lereng Gunung Ciremai, udara disini masih asri. Berdasarkan cerita leluhur Desa Cibuntu terdahulu terdapat bukti situs napak tilas para wali,” ucapnya.

Dia juga menambahkan, ada keunikan sendiri di wisata Desa Cibuntu. Yakni, saat memasuki gerbang Desa Cibuntu, pengunjung akan disambut ki Lengser yang disiapkan untuk menyambut tamu layaknya menyambut rombongan pengantin pria yang akan mememinang pengantin perempuan. 

Diiringi gamelan dan musik angklung, ki Lengser menari dengan lincah diikuti dua orang pembawa payung. Mereka akan membawa pengunjung ke tanah lapangan yang dipasangi tenda dan disiapkan minuman khas Desa Cibuntu. Yakni jasreh (jahe sareng sereh). 

Minuman ini adalah minuman penghormatan yang sengaja disuguhkan warga desa kepada para pengunjung.

Keunikkan lainnya, kata dia, di Desa Cibuntu terdapat situs-situs purbakala yang kebanyakan kuburan batu pada zaman megalitikum. Dari dalam kuburan batu itu banyak ditemukan kapak genggam yang terbuat dari batu. Kini kapak batu tersebut disimpan di Museum Cipari.

“Situs-situs purbakala tersebut, banyak ditemukan di pekarangan rumah penduduk. Namun ada pula yang jauh dari pemukiman warga. Keberadaan situs-situs tersebut tidak mengganggu aktivitas penduduk setempat,” ungkapnya. 

Justru, kata Awam, situs-situs tersebut dipelihara dengan baik. Bahkan, ada beberapa diantara warga yang menjadi juru perlihara. “Situs-situs tersebut antara lain, ada situs Bujal Dayeuh, Hulu dayeuh, Sahurip Kaler, Sahurip Kidul, Cikahuripan dan Curug Bongsreng,” ujarnya.

Awam menambahkan, aktivitas yang bisa dilakukan para pengunjung desa wisata Cibuntu, antara lain sepeda gunung, agrowisata, wisata berjarah dan pengunjung dapat menginap di home stay. “Serta dapat menikmati berbagai macam kuliner khas desa Cibuntu,” pungkasnya. (gio)

Sumber: