Perajin Anyaman Bambu Kesulitan Modal Usaha

Perajin Anyaman Bambu Kesulitan Modal Usaha

MAJALENGKA - Perkembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berbasis kerakyatan di Kabupaten Majalengka, berkembang cukup baik, salah satunya industri kerajinan anyaman bambu.
\"perajin
Perajin anyaman. Foto: Hasan/Rakyat Cirebon

Menurut sejumlah perajin anyaman  bambu di beberapa desa di Kabupaten Majalengka, seperti di desa Karayunan Kecamatan Cigasong, desa Mindi kecamatan Leuimunding, dan desa Trajaya Kecamatan Palasah, mereka kesulitan mengembangkan usahanya karena kerap terbentur masalah permodalan.

Salah seorang perajin anyaman bambu di desa Karayunan Kecamatan Cigasong, Ujang mengatakan, di daerahnya sekarang ada sekitar 50 perajin anyaman bambu.

Dari jumlah tersebut sebagian besar memproduksi bilik batik. Bilik batik yang dihasilkan para pengrajin tersebut sangat diminati oleh pasar, termasuk pasar dari luar Provinsi Jawa Barat.

“Bilik batik yang dihasilkan oleh pengrajin di sini sangat baik,sehingga sangat diminati oleh pasar, termasuk pasar dari luar daerah, seperti Jawa Tengah, Bali, Sumatera dan daerah lainnya,” ungkap Ujang, Jumat (16/12).

Sayangnya, kata dia, tidak semua pesanan yang datang bisa dipenuhi oleh perajin. Pasalnya, perajin tidak memiliki modal yang cukup untuk memenuhi permintaan pesanan dalam jumlah banyak.

Menurutnya, bila dibandingkan dengan usaha lainnya, usaha kerajinan bambu ini tebilang lamban. Salah satu penyebabnya persoalan permodalan.

Masalah ini sering menghantui para pelaku usaha anyaman bambu.

“Masalah permodalan  yang menjadi kendala bagi kami untuk mengembangkan usaha ini, padahal produksi anyaman bilik bambu batik ini mulai banyak diminati pasar,” jelasnya.

Hal senada dikatakan oleh Juju,  perajin kipas berbahan bambu asal desa Mirat Kecamatan Leumunding ini mengaku masih kesulitan untuk mengembangkan usahanya.

Keduanya mengaku kendala utama yang dihadapi oleh mereka untuk mengembangkan usahnya adalah keterbatasan permodalan

“Pasarnya, kami tidak bingung. Sebab jumlah pesanan memang terus meningkat, sayangnya  kami tidak selalu bisa memenuhi permintaan pesanan karena keterbatasan modal,” ujarnya.

Karena itu, ia berharap, pemerintah  dapat membantu permasalahan yang dihadapi oleh pengrajin, dengan memberikan bantuan usaha. Misalnya, memberikan permodalan melalui pinjaman lunak guna membantu usaha para perajin.

“Dengan  modal yang memadai kami optimis bisa lebih berkembang, serta bisa memenuhi permintaan pasar,” tuturnya.

Selain itu, kata dia, para perajin butuh pendampingan inovasi agar bisa menghasilkan model kerajinan bambu lainnya yang lebih bernilai ekonomi tinggi dan tahan lama.

Selama ini, para pengrajin hanya mampu menghasilkan kerajinan tutup nasi dan dinding bambu.

”Kami senang sekali kalau ada yang mengajari. Selama ini tidak pernah ada yang mengajari atau mendampingi kami,” ujarnya.(hsn)

Sumber: