Jangan Sampai Terjebak! Mengupas Dampak Game Online Pada Kesehatan Mental
Jangan Sampai Terjebak! Mengupas Dampak Game Online Pada Kesehatan Mental. Foto ilustrasi: Pinterest/ rakyatcirebon.disway.id--
RAKYATCIREBON.DISWAY.ID - Game online hari ini sudah jauh dari sekadar mengisi waktu luang; ia adalah semesta kedua. Sensasi menang, teman-teman virtual dari berbagai negara, dan update konten baru yang tak ada habisnya membuat kita betah berlama-lama.
Namun, kalau sudah main tanpa rem, sampai lupa makan, lupa tidur, bahkan lupa mandi, maka kesenangan itu perlahan berubah jadi bumerang. Di titik inilah game, yang tadinya alat pelepas penat, justru bisa merusak kesehatan mental kita.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan sudah mengakui adanya Gangguan Gaming (Gaming Disorder) sejak 2018. Ini bukan sekadar hobi yang kelewatan, tapi kondisi serius yang terjadi saat kita kehilangan kendali atas kebiasaan bermain dan mengutamakan game di atas kehidupan nyata.
Mari kita lihat lebih dekat, apa saja dampak psikologis yang mengintai di balik layar.
BACA JUGA:Benarkah Game Online Bisa Meningkatkan IQ dan EQ Anak? Ini Penjelasan Ilmiahnya!
4 "Jebakan" Utama Game yang Menggerogoti Mental
Dampak negatif ini biasanya muncul saat seseorang sudah masuk ke fase kecanduan, yaitu ketika mereka tidak bisa berhenti bermain meskipun sadar konsekuensinya buruk.
1. Depresi dan Isolasi yang Mengendap Diam-Diam
Ini adalah risiko paling besar. Saat seseorang mulai kecanduan, mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.
- Dunia Baru yang Menipu: Game menawarkan interaksi sosial yang mudah dan minim risiko penolakan. Akibatnya, hubungan di dunia nyata, dengan keluarga, pasangan, atau teman dekat, mulai diabaikan. Isolasi sosial ini adalah makanan empuk bagi depresi.
- Pelarian Tak Sehat: Banyak orang menggunakan game sebagai pelarian dari masalah, entah itu tekanan kerja, tugas sekolah, atau konflik emosional. Awalnya lega, tapi masalah nyata tidak pernah selesai. Justru, ketergantungan pada game untuk merasa bahagia ini menimbulkan perasaan hampa dan putus asa saat layar dimatikan.
2. Kecemasan dan Stres yang Muncul dari "Putus Zat"
Ironisnya, game yang seharusnya relaksasi malah bisa jadi pemicu kecemasan dan stres baru:
- Tekanan Dalam Game: Jika bermain game kompetitif, tekanan untuk selalu menang, mencapai rank tertentu, atau menghindari toxic comment dari rekan tim bisa meningkatkan hormon stres. Mereka mulai cemas jika kalah, atau khawatir ketinggalan event (Fear of Missing Out / FOMO).
- Withdrawal Symptoms: Ketika game tidak bisa dimainkan (misalnya internet mati, baterai habis, atau dilarang orang tua), pecandu bisa menunjukkan gejala "putus zat" psikologis: mudah marah (irritable), gelisah, sedih, dan cemas berlebihan.
BACA JUGA:Server Lokal Vs Server Global untuk Game Online: Mana yang Paling Pas Buat Kamu?
3. Kualitas Tidur yang Hancur, Mental Ikut Ambruk
Kesehatan mental sangat bergantung pada tidur yang berkualitas. Kecanduan game sering kali merusak fondasi ini.
- Begadang Keterusan: Sesi bermain sering molor hingga larut malam. Kurang tidur kronis membuat suasana hati tidak stabil. Kita jadi lebih mudah tersinggung, sulit fokus, dan kemampuan memproses emosi jadi tumpul.
- Fungsi Kognitif Terganggu: Ketika otak tidak mendapat istirahat, daya ingat, kemampuan konsentrasi, dan keterampilan pengambilan keputusan di dunia nyata ikut menurun drastis. Ini menciptakan lingkaran setan: stres di dunia nyata, lari ke game, tidur berkurang, stres makin parah.
4. Intoleransi Emosi dan Perilaku Agresif
Dalam lingkungan game online yang kompetitif, kata-kata kasar atau flaming adalah hal biasa.
- Gagal Mengendalikan Emosi (Rage): Kekalahan berulang atau provokasi dari pemain lain sering memicu ledakan marah yang tidak proporsional (rage). Latihan emosi yang buruk ini terbawa ke kehidupan sehari-hari, membuat seseorang lebih impulsif dan agresif terhadap orang lain.
- Kurang Peka: Bagi mereka yang terus-menerus terpapar game dengan tema kekerasan, bisa muncul penurunan sensitivitas terhadap kekerasan di dunia nyata.
Bagaimana Cara Mengembalikan Kendali?
Kalau Anda atau orang terdekat merasa game sudah mengambil alih kehidupan, jangan diam saja. Kontrol itu bisa direbut kembali, tapi butuh komitmen.
- Tetapkan Waktu dan Patuhi! Tentukan batas waktu bermain, misalnya maksimal 1 jam setelah pulang kerja/sekolah, lalu matikan. Gunakan timer atau alarm, dan anggap ini seperti janji penting yang tidak boleh dibatalkan.
- Cari "Pahlawan" di Dunia Nyata: Alihkan energi yang biasa dihabiskan untuk game ke hobi di dunia nyata: berolahraga, bergabung dengan klub buku, belajar alat musik, atau sekadar kopi darat dengan teman lama. Aktivitas fisik terbukti sangat ampuh meningkatkan mood dan melawan depresi.
- Jauhkan Perangkat dari Kamar Tidur: Ini wajib. Kamar tidur harus jadi zona bebas layar. Dengan begitu, Anda menjamin jam tidur Anda tidak terganggu oleh godaan untuk "satu match lagi."
BACA JUGA:Evolusi Game Online di Indonesia: Dari Bilik Warnet ke panggung Dunia (E-Sport)
Pada dasarnya, game itu seperti makanan enak; boleh dinikmati, tapi kalau berlebihan, bisa merusak kesehatan. Jika Anda merasa kecemuan sudah sangat parah dan gejala depresi atau kecemasan sulit dikendalikan, jangan ragu mencari bantuan dari psikolog atau psikiater. Mereka adalah tim bantuan profesional Anda untuk kembali mengendalikan hidup. (*)
Sumber: