RAKYATCIREBON.ID-Kraton Kasepuhan terletak di Kampung Mandalangan, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon. Penelitian oleh Happy Indira Dewi dan Anisa bertajuk "Akulturasi Budaya pada Perkembangan Keraton Kasepuhan Cirebon" tahun 2009 yang terhimpun dalam Jurnal Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil (PESAT) terungkap bahwa Kasepuhan merupakan keraton pertama yang berdiri di Cirebon.
Kraton Kasepuhan diresmikan pada 1430 Masehi. Kelahiran Cirebon dapat ditelisik dari keberadaan Kerajaan Pakuan Pajajaran yang dipimpin oleh Jaya Dewata bergelar Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi Raja Agung tahun 1482-1521 Masehi.
Sulendraningrat dalam Sejarah Cirebon (1978) menyebutkan, pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang yang beragama Islam melahirkan tiga orang anak, yaitu Raden Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana, Nyai Lara Santang, dan Raden Kian Santang atau Pangeran Sengara.
Prabu Siliwangi mempersilakan ketiga anaknya itu meninggalkan kerajaan setelah beranjak dewasa untuk mencari pengalaman hidup.
Pangeran Walangsungsang memilih untuk memperdalam ajaran Islam, kemudian diikuti oleh adiknya, Nyai Lara Santang. Mereka menuju ke wilayah pesisir pantai utara Jawa.
Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara Santang berguru kepada Syekh Nurul Jati. Singkat cerita, sang guru pada akhirnya menyarankan kedua muridnya itu untuk membuka hutan di wilayah yang bernama Tegal Alang-Alang
Sejak itulah berdiri padukuhan di Tegal Alang-Alang yang kemudian diberi nama Desa Caruban. Kata Caruban inilah yang nantinya menjadi Cirebon.
Atas petunjuk Syekh Nur Jati pula, Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara Santang menunaikan ibadah haji ke Mekah.
Sepulang dari tanah suci, Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana mendirikan rumah besar yang diberi nama Jelagrahan. Rumah inilah yang menjadi cikal-bakal Kraton Kasepuhan.
Dikutip dari Sejarah Berdirinya Keraton Kesepuhan Cirebon tahun 2012 karya Indah Cahaya Permatasari, pada 1529 M dibangun kompleks Kraton Pakungwati.
Komplek Dalem Agung Pakungwati, Komplek Keraton Kasepuhan Kota Cirebon diyakini sebagai tempat wudhu para wali. Di sini wanita dilarang masuk.
Larangan tersebut terpampang sangat jelas di depan pintu masuk lokasi sumur.
Pakungwati sendiri adalah nama putri Pangeran Cakrabuana, yakni Ratu Dewi Pakungwati, yang menikah dengan Sunan Gunung Jati, salah satu anggota Wali Songo, penyebar dakwah Islam dari Kesultanan Demak.
Dalem Agung Pakungwati yang dibangun Pangeran Cakrabuana memiliki ciri arsitektur berupa susunan bata merah dengan ornamen wadasan di setiap sisinya.
Bagian tengahnya terdapat tiang dengan pondasi umpak berbentuk lesung tanpa ornamen. Tiang bangunan terbuat dari kayu dengan pondasi umpak yang diberi ukiran dengan motif rucuk bung.