Bersama-sama Bergerak Wujudkan Kemandirian Ekonomi

Bersama-sama Bergerak Wujudkan Kemandirian Ekonomi

BERTEMU. Pimpinan Ponpes Santi Asromo, KH Asep Zaki SKM MKM, Nurhasan Zaidi serta Bupati Majalengka, Karna Sobahi dalam sebuah acara, kemarin.--

Dalam praktik kasab dan ekonomi, kata tawakal sering juga pengertiannya didistorsi  dengan pasrah dan akhirnya bermalas-malasan tanpa dibarengi ikhtiar usaha. Dalam pencapaian yang diharapkan, hakekatnya tawakal adalah amalan hati bukan amalan fisik. Sikap tawakal bukanlah menafikan usaha dan tetap memperhatikan sebab-sebab yang ada di manusia serta tetap bergantung atas pertolongan Allah SWT.

BACA JUGA:DKP Ekspor 1 Container Ikan Lele Hasil Petani Milenial ke Korsel

Sejatinya, KH Abdul Halim sudah mewariskan prinsip-prinsip pokok  kasb  dan  ekonomi mandiri pada makna filosofis yang terkandung dalam Intisab, Pandangan yang lainnya KH Abdul Halim yang masih relevan sampai saat ini adalah beberapa petuah dan ungkapannya yang sempat disampaikan. Baik kepada para santrinya maupun kepada para sahabat seperjuangan. Di antaranya adalah, KH Abdul Halim senantiasa menanamkan kesadaran pada diri kaum muslimin agar berusaha dengan cara yang halal dan layak untuk memperbaiki kehidupan ekonomi.

Kemudian menumbuhkan tekad untuk dapat hidup mandiri dan sejajar atau kalau dapat melebihi bangsa lain. Meningkatkan perekonomian kaum muslimin dengan cara membiasakan hidup secara hemat, menambah dan meningkatkan pendapatan, dan mendirikan koperasi.

KH Abdul Halim juga mengamanatkan pada para pemimpin bangsa yang disampaikan dengan bahasa Arab yang artinya “Waktu telah memperlihatkan bagaimana negara-negara besar tidak memiliki aliansi dan bantuan dari negara lainnya, dan bagaimana para politisi telah berusaha membentuk rasa nasionalisme suatu negara tanpa memandang persatuan Islam. Padahal Islam telah membuat ajaran untuk mencegah dan menghilangkan upaya-upaya siasat ini.  Oleh karena itu, Islam membuat persatuan di antara umat sebagai dasar-dasar Islam. Menyerukannya, mendesaknya, menginginkannya, melarang akan cinta pada suatu kelompok saja dan menjauhkan dari perilaku seperti itu. Jika umat Muslim saat ini ingin bangkit dan bersatu maka kuncinya adalah dengan memenuhi kekuatan materi dan ekonomi yang bisa menangkal dari kejahatan agresi atau penjajahan. Umat Islam hanya perlu menuntut para pemimpin mereka yang memiliki posisi di dalam mereka untuk meninggalkan kepentingan segelintir orang saja akan tetapi lebih fokus untuk agama Islam dan mengangkat Islam setinggi-tingginya.”.

Perlu dipahami, jika kehidupan yang berjalan hari ini tidak bisa terlepas dari lingkungan sosial sekitarnya. Baik disebabkan komunitasnya, aktivitasnya, lingkungan pesantren dengan santrinya, sekolah dengan guru dan muridnya, bahkan lebih luas lagi antar masyarakat  suku, agama dan negara. Alasannya adalah karena  itu  semua termasuk modal  potensi sosial sekaligus sebagai sumber potensi  ekonomi.

Salah satu pilihan yang cukup tepat adalah mendidik skill keterampilan agar menjadi entrepreneurship.

Entrepreneurship adalah proses kreativitas dan inovasi yang mempunyai risiko tinggi untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi wirausahawan.  

Berdasar definisi ini, pendidikan kewirausahaan itu harus  dipelajari oleh setiap individu yang mempunyai keinginan kuat. Kewirausahaan merupakan pilihan yang tepat bagi individu dan kelompok  untuk menciptakan kerja, bukan mencari kerja. Dan Ponpes Santi Asromo menerapkan konsep tersebut dengan membangun dan menciptakan kemandirian ekonomi serta kewirausahaan. (*adv/bersambung)

Sumber: