Perjuangan Transmen Cirebon Tegaskan Jenis Kelamin

Perjuangan Transmen Cirebon Tegaskan Jenis Kelamin

TRANSMEN. Maulana merupakan transmen berusia 31 tahun asal Cirebon yang aktif menulis mengenai isu gender. FOTO : SUWANDI/RAKYAT CIREBON--

Pada usia dewasa, tepatnya setelah lulus S1, pihak keluarga Maulana berunding mencari penyelesaian masalah atas apa yang dialami Maulana. 

"Pernah ada diskusi keluarga. Walaupun nggak semua hadir secara fisik karena ada yang sudah di luar kota, tapi ikut video call. Bagaimana baiknya?" kata Yani.

Dari diskusi itu, pihak keluarga memutuskan untuk memberi kebebasan Maulana menentukan hal terbaik bagi dirinya. "Ya kami menyerahkan keputusan itu kembali ke Maulana. Apa yang dia mau," jelas Yani.

Pada momen itu Maulana meyakinkan ingin menemukan jati dirinya sebagai laki-laki melalui langkah hukum dan penyesuaian bentuk dan fungsi organ tubuh secara medis.

"Kami sebagai keluarga hanya bisa mendoakan yang terbaik buat adik kami. Saat ini keputusan ada di Maulana," ucapnya.

Yani paham betul tidak mudah bagi Maulana menjalani hidup. Pergolakan batin Mualana dirasakan para saudaranya yang lain. 

Hal itulah yang membuat pihak keluarga selalu mendampingi Maulana dalam perjuangannya menemukan jati diri sebagai laki-laki dari awal hingga saat ini.

Jika Maulana berkesempatan menjalani sidang pergantian nama dan penegasan jenis kelaminnya, maka Yani mewakili keluarga siap menjadi saksi.

"Siap bersidang lagi kalau semuanya sudah diurus. Surat-surat sebagai persyaratan dan lain sebagainya, karena kan ada yang harus diurus dulu," ujarnya.

Proses Intelektual dan Harapan

Guru, dosen, dan tokoh agama yang mengetahui perjuangan Maulana menempuh permohonan ganti jenis kelamin juga turut memberi masukan. Mereka secara pribadi memberi jalan pada Maulana untuk mengakses berbagai sumber daya atas tujuan yang ingin dicapainya.

Bentuk dukungan itu antara lain dukungan intelektual, akses terhadap pekerjaan tanpa administratif yang merepotkan, mewadahi kajian isu-isu gender, serta membuka jejaring dengan komunitas atau pegiat isu keberagaman. 

Seperti yang dilakukan akademisi Dr Faqih Abdul Qadir MAg. Dia seorang cendekiawan muslim yang aktif menyuarakan isu gender dan perempuan pada karya-karya akademiknya. 

Perjumpaan Maulana dengan Kang Faqih, sapaan akrabnya, saat Maulana sedang aktif mencari informasi mengenai isu gender, terutama mengenai gejolak batin yang dialaminya. 

Maulana bercerita kepada Faqih tentang kondisinya. Dengan berpenampilan maskulin dan identitas yang tertulis berjenis kelamin perempuan, sulit bagi Maulana mengakses pekerjaan pasca-lulus kuliah.

Sumber: