Dedi Mulyadi Soroti Pentingnya Narasi Sejarah dan Budaya dalam Konstitusi Bangsa

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi saat menyampikan pidatonya dalam Paripurna Harjad Kab Cirebon tahun 2025, Senin (21/4). FOTO : ZEZEN ZAENUDIN ALI/RAKYAT CIREBON--
RAKYATCIREBON.ID, CIREBON – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan pentingnya pelestarian dan pemaknaan sejarah serta budaya dalam konteks pembangunan bangsa. Disampaikannya dalam Paripurna Hari Jadi Kabupaten Cirebon ke-543 tahun 2025, Senin (21/4).
Dedi menyatakan keprihatinannya terhadap kecenderungan masyarakat yang lebih memilih narasi mistisisme daripada membangun sejarah berbasis akademik dan hukum. "Sejarah kita terlalu sering hanya jadi cerita lisan, bukan dituangkan dalam peraturan gubernur, peraturan daerah, bahkan konstitusi," ujarnya.
BACA JUGA:Warga Desak Pemkab Cirebon Segera Perbaiki Jalan Longsor Cipeujeuh-Kamarang
BACA JUGA:Outsourcing Hanya untuk Tenaga Keamanan dan Kebersihan
Padahal, negara-negara seperti Inggris, Australia, Tiongkok, menjadikan sejarah dan budayanya sebagai bagian penting dari konstitusi dan arah masa depan bangsa.
Dedi juga mengkritik terhadap cara kebanyakan dalam memandang sejarah. Ia menyebut bahwa sejarah kebudayaan Sunda memiliki akar yang kuat. Namun sayangnya, hanya sedikit warisan budaya tersebut yang tersisa secara nyata dan dihormati.
BACA JUGA:Menjelang Musda, Nurkholis Mencuat di Bursa Ketua DPD PKS Kabupaten Cirebon
Lebih jauh, ia mengangkat kisah perpecahan antara Pakuan Pajajaran dan Kasultanan Cirebon, bukan sebagai perpecahan lahiriah, melainkan perbedaan keyakinan.
"Namun ternyata, hanya dalam Paripurna Hari Jadi Kabupaten Cirebon, yang menyebutkan Pajajaran dan leluhurnya. Daerah lain tidak," katanya.
"Artinya, ini bukan perpisahan batin. Hanya beda pemahaman," lanjutnya.
BACA JUGA:Lucu! Mau Cerai, Warga Malah Minta Info ke KID
BACA JUGA:DPUTR Kabupaten Cirebon Tanggapi Rencana Aksi Lanjutan Wong Cirtim Menggugat Jilid II
Kang Dedi--sapaan akrabnya juga menyentil persoalan identitas dan arah bangsa. Dedi menekankan bahwa bangsa Indonesia perlu belajar dari negara-negara lain yang tetap menjaga nilai tradisi sambil membangun peradaban modern.
"Cina tetap dengan budaya Konfusius nya. Arab tetap dengan budaya ramahnya, tetapi mereka tetap menjadi bangsa maju," tegasnya.
Dedi berharap narasi sejarah di Indonesia, khususnya Jawa Barat, bisa lebih terstruktur dan terlembaga kan. Ia ingin generasi muda tidak hanya hidup dalam cerita-cerita gaib dan masa lalu yang kabur, tetapi dalam visi masa depan yang kuat berakar pada budaya leluhur. (zen)
Sumber: