Dihadiri Polmak Keraton Kasepuhan, Pelal Ageng Panjang Jimat Keraton Kanoman Cirebon

Dihadiri Polmak Keraton Kasepuhan, Pelal Ageng Panjang Jimat Keraton Kanoman Cirebon

RAKYACIREBON.ID-Cirebon disebut sebagai puser bumi yaitu pusat penyebaran Agama Islam di Tanah Jawa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang tersebar di daerah ini. Satu diantaranya adalah tradisi Maulid Nabi yang rutin dilaksanakan masyarakat

Cirebon untuk memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini disebut Upacara Panjang Jimat atau Pelal. Pelal dilaksanakan di berbagai daerah di Cirebon, utamanya dilaksanakan di Keraton Kanoman.

Ritual Panjang Jimat dimulai sekitar pukul 21.00 WIB yang dipimpin langsung Patih Keraton Kanoman Pangeran Raja Muhammad Qodiran. Panjang Jimat merupakan arak-arakan benda-benda pusaka yang dipergunakan untuk menyambut kelahiran.

Juru Bicara Kesultanan Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina, mengatakan, istilah Pelal Ageng berarti malam keutamaan yang besar yakni malam dimana Rasulullah lahir kedunia. Sementara istilah Panjang Jimat berasal dari kata Panjang yakni sebuah piring pusaka berbentuk bundar besar pemberian seorang Pertapa suci bernama Sanghyang Bango dari Gunung Siangkup.

“Sedangkan istilah Jimat yakni sebuah benda apapun yang mempunyai nilai sejarah dan nilai pusaka yang harus dijaga. Istilah Jimat sendiri pada dasarnya adalah sebutan untuk nasi yang dalam prosesnya ketika menjadi gabah dikupas satu-persatu setiap biji berasnya sambil melantunkan solawat kepada Nabi Muhammad Saw oleh rombongan Bapak Sindang kasih,” ungkap Arimbi saat ditemui setelah melaksanakan kegiatan Panjang Jimat.

Kemudian, sambung Arimbi, beras tersebut disucikan atau dipesusi di Sumur Bandung dengan diiringi lantunan solawat oleh rombongan ibu-ibu yang suci dalam kata lain menjaga wudhu dari hadas kecil dan hadas besar dan salah satunya adalah Perawan Sunti.

“Terus nantinya beras itu di cuci di Sumur Bandung dengan iringan solawat,” ujar Arimbi.

Masih kata Arimbi, nasi yang proses memasaknya diiringi solawat inilah yang disebut nasi jimat. Jimat yang dimaksud adalah solawat yang dipanjatkan kepada Rasulullah Saw, karena solawat inilah yang menjadi sebab syafa’at umat manusia ketika tiba hari pembalasan.

“Dengan kata lain, panjang Jimat adalah iring-iringan nasi jimat yang diletakan di atas piring panjang sehingga malam pelalageng itu disebut malam Panjang Jimat, malam yang bersejarah dalam sejarah manusia dan alam semesta,” ucap Arimbi.

Sehingga dalam semua rangkaian acara ritual dan tradisi yang ada di Keraton Kanoman, malam panjang jimat (Maulid Nabi Muhammad SAW) ini merupakan acara ritual terbesar, karena Nabi Muhammad SAW menjadi sebab adanya dunia dan alam semesta, sementara kelahiran Nabi Muhammad SAW menjadi sebab terangnya cahaya Islam bagi alam semesta.

“Pada peringatan Panjang Jimat (muludan) kali ini, Keraton Kanoman melaksanakanya secara sederhana dan khidmat. Hal ini dikarenakan mewabahnya Covid -19 yang saat ini melanda hampir diseluruh belahan dunia termasuk di Indonesia, sesuai dengan himbauan dari pemerintah Kota Cirebon dan pihak kepolisian,” ujar Arimbi.

Sementara, dalam pelaksanaan peringatan Pajang Jimat (muludan) tahun ini, tampak hadir Polmak Keraton Kasepuhan Rahardjo Djali di Bangsal Prabayaksa, Kamis (29/10/2020) malam.

Sumber: