GAWAT BRO, Dokumen Intelijen Asing Bocor? Operasi Revolusi Warna 'Front CIA' di Pemilu 2024

GAWAT BRO, Dokumen Intelijen Asing Bocor? Operasi Revolusi Warna 'Front CIA' di Pemilu 2024

Presiden Joko Widodo/Net----

RAKYATCIREBON.ID-Revolusi warna adalah istilah yang digunakan sejak awal tahun 2000-an terutama untuk menggambarkan serangkaian protes tanpa kekerasan dan perubahan pemerintahan yang menyertainya terjadi di negara-negara pasca-Soviet (khususnya Georgia, Ukraina, dan Kyrgyzstan) dan Republik Federal Yugoslavia.

Tujuan revolusi warna adalah untuk membangun demokrasi liberal gaya Barat di negara-negara tersebut dan memberantas korupsi. Hal ini terutama dipicu oleh hasil pemilu yang secara luas dianggap palsu.

Revolusi warna ditandai dengan penggunaan internet sebagai metode komunikasi, serta kuatnya peran organisasi non-pemerintah dalam protes tersebut. 

Beberapa dari gerakan ini telah berhasil mencapai tujuannya untuk menggulingkan pemerintahan, seperti Revolusi Buldoser di Republik Federal Yugoslavia (2000), Revolusi Mawar di Georgia (2003), Revolusi Oranye di Ukraina (2004) dan Revolusi Kyrgyzstan Revolusi Tulip (2005).

Hal ini digambarkan oleh ilmuwan politik Valerie Jane Bunce dan Seva Gunitsky sebagai " gelombang demokrasi ", antara Revolusi tahun 1989 dan Arab Spring tahun 2010–2012.

Peran Amerika Serikat dalam revolusi warna telah menjadi subyek kontroversi yang signifikan, dan para kritikus menuduh Amerika Serikat mendalangi revolusi ini untuk memperluas pengaruhnya.

Sebuah dokumen intelijen yang bocor mengungkap bahwa Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat (AS) tengah mempersiapkan revolusi warna di Indonesia.

Revolusi warna adalah istilah yang kerap digunakan atas operasi yang dilakukan AS untuk membangun demokrasi liberal di negara lain, termasuk dengan menggulingkan rezim.

Dalam hal ini, revolusi warna disiapkan oleh CIA, melalui National Endowment for Democracy (NED) untuk mencampuri Pemilu 2024.

NED sendiri merupakan organisasi non-pemerintah di AS yang dibentuk pada 1983 untuk mempromosikan demokrasi ke negara lain. Meski begitu, NED didanai oleh pemerintah AS dan disebut-sebut menjadi "front CIA" untuk melakukan revolusi warna.

NED beroperasi di lebih dari 100 negara dan menyalurkan lebih dari 2.000 hibah setiap tahunnya. Organisasi kerap memberikan hibah untuk membiayai revolusi di berbagai negara untuk mencapai tujuannya.

Sebuah artikel bertajuk "Leaked: CIA Front Preparing Color Revolution in Indonesia" yang dimuat mintpressnews.com pada 6 September 2023 menyebut NED tengah memperluas aliran dana hibahnya ke berbagai LSM, kelompok sipil penting, partai politik, hingga kandidat untuk Pemilu 2024.

Hal itu terungkap dalam laporan mingguan yang dikirim International Republican Institute (IRI) Indonesia ke kantor pusatnya di Washington pada Juni, Juli, dan Agustus 2023. IRI adalah komponen inti NED, yang biasanya bekerja sama dengan lembaga lain, National Democracy Institute.

Perluasan hibah ini dilakukan untuk memperluas pengaruh agar NED bisa memastikan pemenang Pilpres 2024 adalah sosok yang didukung oleh Washington, utamanya mereka yang dapat menjamin kepentingan AS di Indonesia.

Sumber: